Penulis:
Prof. Ir. Ramadhani Eka Putra, M.Si., Ph.D.
Guru Besar SITH ITB (KK MSDH), ITB
Sebatik, 8–9 Agustus 2025 — Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Universitas Borneo Tarakan (UBT) melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Kegiatan ini menggandeng Kelompok Tani Tapal Batas, Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar, stakeholder pemerintah kecamatan, serta Dinas Pertanian setempat. Sebatik adalah wilayah perbatasan yang berbagi daratan langsung dengan Malaysia, dengan tantangan besar dalam hal keterbatasan akses transportasi dan logistik. Banyak kebutuhan pokok yang harus didatangkan dari wilayah besar seperti Jawa dan Sulawesi, bahkan sebagian lebih mudah dipasok dari negara tetangga. Kondisi ini membuat masyarakat Sebatik berupaya memaksimalkan potensi lokal agar dapat mandiri secara pangan dan ekonomi.
Program ini menjadi bukti nyata komitmen ITB dalam membangun kemitraan strategis antara perguruan tinggi nasional, universitas lokal, dan pemerintah daerah. ITB mengambil peran utama sebagai penggagas sekaligus pengarah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara UBT menjadi mitra penting yang memahami konteks sosial dan budaya setempat. Seluruh stakeholder dilibatkan untuk memastikan keberlanjutan program, mulai dari pemerintah kecamatan hingga dinas teknis.
Ketua Tim Pengabdian ITB, Prof. Ir. Ramadhani Eka Putra, M.Si., Ph.D. dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, menegaskan bahwa keberhasilan program ini terletak pada sinergi lintas sektor. “Kolaborasi antara ITB, universitas lokal, pemerintah, dan kelompok masyarakat adalah kunci. Kami tidak hanya datang untuk mengajar, tetapi untuk membangun sistem yang bisa terus berjalan setelah program selesai. Transfer teknologi ini kami desain agar relevan dengan kondisi lokal dan dapat segera diterapkan,….” ujarnya.
Kegiatan ini melibatkan tim lintas disiplin dari ITB dan mitra universitas, di antaranya, Prof. Ir. Ramadhani Eka Putra, M.Si., Ph.D, Dr. Indra Wibowo dan Bayani Nur Azmani, S.Si., M.Si. dari SITH ITB yang berfokus pada teknologi biokonversi dan pengelolaan lingkungan, Indria Herman, S.T., M.T., Ph.D. dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB yang memberikan penjelasan mengenai desain dan mekanisme mesin pertanian, serta Deny Willy Junaidy, S.Sn., M.T., Ph.D. dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB yang berkontribusi pada pembuatan desain modul kreatif untuk edukasi masyarakat. Dari pihak mitra, Dr. Ida Kinasih dari Fakultas Biologi UIN Bandung memberikan pelatihan pertanian pekarangan menggunakan raised bed sederhana dan pengolahan pangan bergizi berbahan dasar lokal, sementara dari Fakultas Perikanan dan Kelautan UBT, Dr. Awaludin dan Kartina, M.Sc. memberikan penjelasan terkait formulasi pakan alternatif untuk budidaya ikan lele berbasis bahan lokal.
Salah satu inovasi utama yang diperkenalkan adalah penggunaan Black Soldier Fly (BSF) sebagai agen biokonversi limbah hayati, termasuk limbah rumah tangga dan limbah kelapa sawit. Larva BSF mampu mengubah limbah organik menjadi pakan berkualitas tinggi bagi ternak unggas maupun ikan. Pendekatan berbasis biologi ini menjadi wacana baru bagi masyarakat Sebatik, yang selama ini menghadapi kesulitan memperoleh pakan ternak berkualitas dengan harga terjangkau. Dengan teknologi BSF, masyarakat dapat mengurangi volume limbah sekaligus memproduksi pakan bernutrisi secara mandiri.
Perwakilan Dinas Pertanian, Ibu Yuni, memberikan apresiasi langsung terhadap inovasi ini. “Saat ini kami masih kebingungan untuk mensolusikan pengadaan ayam petelur untuk program MBG, terutama soal komposisi pakannya. Dengan ilmu yang disampaikan dosen-dosen ITB, kami jadi tercerahkan karena ternyata lebih mudah dan pasti….,” ungkapnya.
Selain teknologi BSF, ITB dan UBT memberikan pelatihan pembuatan pakan alternatif untuk budidaya ikan lele dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Pakan alternatif ini menjadi solusi mendesak mengingat harga pelet komersial di wilayah perbatasan relatif mahal. Untuk memastikan keberlanjutan produksi pakan lokal, tim pengabdian juga menyerahkan bantuan berupa mesin pelet dan mesin pencacah kepada kelompok tani. Peralatan ini memungkinkan masyarakat memproduksi pakan dalam kapasitas yang memadai untuk kebutuhan budidaya.
Pemberdayaan perempuan melalui KWT Mawar juga menjadi bagian penting dari program ini. Para ibu diberikan pelatihan pertanian pekarangan untuk memenuhi kebutuhan dapur, sekaligus pelatihan pengolahan pangan bergizi berbahan dasar lele menjadi berbagai produk kreatif seperti nugget dan bakso yang lebih disukai anak-anak. Langkah ini diambil karena minat masyarakat mengonsumsi lele utuh masih rendah, padahal lele berpotensi menjadi sumber protein hewani yang signifikan untuk mengatasi masalah gizi, termasuk stunting. Dengan kreativitas olahan, lele tidak hanya diterima lebih luas oleh masyarakat, tetapi juga memiliki peluang dikembangkan sebagai produk usaha rumah tangga bernilai jual tinggi.
Tulisan Pendukung
Harapan besar dari program ini adalah agar transfer ilmu dan keterampilan tidak berhenti pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga, tetapi berkembang menjadi usaha ekonomi kreatif yang sinergis di tengah masyarakat perbatasan, bahkan berpeluang menembus pasar ekspor ke Malaysia. Dengan dukungan pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan mitra industri, ITB dan UBT merencanakan pendampingan berkelanjutan yang mencakup pengukuran produktivitas, strategi peningkatan produksi, dan pengembangan jejaring pemasaran. Melalui pendekatan berbasis sains, kolaborasi lintas institusi, dan pemberdayaan masyarakat, program ini diharapkan menjadi model percontohan untuk pengembangan daerah 3T lainnya, membangun kemandirian pangan, pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, dan daya saing ekonomi masyarakat perbatasan.