Penulis:
Dr. Epin Saepudin, M.Pd.
KK Ilmu-Ilmu Kemanusiaan
Fakultas Seni Rupa dan Desain
Institut Teknologi Bandung (ITB)
ITB dan Universitas Victory Sorong, Papua berkolaborasi untuk meredam pneunomia, yang merupakan ancaman serius bagi anak-anak di seluruh dunia.
Pneumonia masih menyumbang kematian bagi 740.180 anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia pada 2019. Di Indonesia, kasus pneumonia terus mengalami peningkatan.
Data Kementerian Kesehatan (2022) menyebutkan bahwa pneumonia di Indonesia dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2022 mengalami kenaikan. Kasus pneumonia pada tahun 2020 sebanyak 393.184, tahun 2021 sebanyak 398.689 dan pada tahun 2022 sebanyak 446.437 kasus.
Dari angka tersebut, jumlah kasus pneumonia pada usia Balita lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Angka kejadian pneumonia pada bayi laki-laki (0-11 bulan) dan Balita (12-59 bulan) lebih tinggi dibandingkan anak perempuan pada kelompok usia yang sama.
Pada 2024, kasus pneumonia di Indonesia sudah menembus angka 800 ribu. Hal ini turut memperkuat data yang dikeluarkan WHO yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-8 dari 15 negara yang memiliki angka kematian balita dan anak yang diakibatkan oleh pneumonia.
Khusus di Provinsi Papua Barat, angka perkiraan kasus pneumonia secara dalah sebanyak 2.937 kasus pneumonia balita dengan persentase penemuan penderita pneumonia pada Balita adalah 36,2%. Oleh karena itu, sampai saat ini program dalam pengendalian pneumonia lebih di prioritaskan pada pengendalian pneumonia balita.
Pneumonia pada balita ditandai dengan batuk dan atau tanda kesulitan bernapas yaitu adanya nafas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita.
Disinformasi
Pneumonia merupakan suatu bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang paru-paru. Ketika seseorang menderita pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan, yang membuat pernapasan terasa nyeri dan membatasi asupan oksigen. Kasus pneumonia dapat dibedakan menjadi pneumonia dan pneumonia berat.
Faktor risiko pneumonia yang sudah diketahui meliputi gizi buruk, minimnya pemberian ASI eksklusif, polusi udara dalam ruangan, kepadatan penghuni rumah, defisiensi zinc, kelembaban, pilek, kekurangan vitamin A dalam makanan, urutan kelahiran, dan berat badan lahir yang rendah.
Kekurangan gizi (child underweight) pada anak merupakan faktor risiko paling tinggi dan paling utama terjadinya pneumonia pada anak-anak. Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi memiliki kemungkinan dua hingga empat kali lebih besar untuk dirawat di rumah sakit karena pneumonia.
Di lain pihak, tingginya kasus pneumonia pada balita usia 0-5 tahun ini disebabkan minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang tanda dan gejala pneumonia. Perilaku masyarakat yang belum mendukung pencegahan pneumonia secara optimal, termasuk masih adanya penolakan terhadap imunisasi) serta disinformasi mengenai imunisasi menjadi faktor lain yang menyebabkan pneumonia terus naik. Risiko pneumonia meningkat pada anak-anak yang tidak divaksinasi.
Kolaborasi
Masalah pneumonia merupakan tanggung jawab semua pihak, bukan hanya dinas Kesehatan. Lolaborasi menjadi salah satu hal yang harus dilakukan. Tim ITB bekerja sama dengan Universitas Victory Sorong, serta tenaga kesehatan dari Puskesmas Kalamono melalukan upaya pencegahan inveksi pneumonia di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat.
Kolaborasi antara perguruan tinggi dan tenaga kesehatan sangat penting untuk mempersiapkan generasi sehat di masa depan. Ini merupakan salah satu wujud nyata gotong-royong untuk kemajuan bangsa Indonesia, utamanya di bidang kesehatan melalui edukasi kesehatan yang efektif. Kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan keselarasan demi kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Tim ITB terdiri dari Dr. Epin Saepudin, M.Pd dan Dr. Elsa Silvia Nur Aulia, M.Pd (KK Ilmu Kemanusiaan, Fakultas Seni Rupa dan Desain), Dr. apt. Hubbi Nashrullah Muhammad, S.Farm., M.Si dan Dr. apt. Defri Rizaldy, S.Si., M.Si (Sekolah Farmasi), dan Dr. Indra Wibowo, S.Si., M.Sc (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati). Sementara dari Unvic Sorong, yaitu Sherly Gaspersz, S.Pd.,M.Pd dan Natasya Virginia Leuwol, S.Si., M.Si.
Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari pemerintah setempat dan masyarakat. Hadir dalam kegiatan, Sekretaris Distrik Klamono, Andre, mewakili Kepala Distrik Klamono, yang berharap kegiatan kolaboratif ini dapat terus berlanjut, bahkan tidak hanya pada sektor kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong, yang diwakili oleh Julius Plip Makatita, S.KM, M.Kes, selaku Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan pun menyambut baik kegiatan ini dan berharap para kader yang hadir dapat menyebarkan informasi positif untuk memperkuat kesehatan masyarakat di Klamono khususnya, dan Kabupaten Sorong pada umumnya.
Tiga strategi
Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan edukasi dan penyuluhan mengenai pencegahan, pengendalian, serta faktor risiko penyakit pneumonia. Selain memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai pneumonia, peserta dalam kegiatan ini mendapatkan suplementasi mikronutrien yang mencakup multivitamin dan mineral zinc, tujuannya untuk membantu mencegah penyakit pneumonia dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka.
Pada kegiatan ini tim menggunakan tiga strategi. Pertama meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran keluarga tentang deteksi dini, tanda dan gejala pneumonia, perilaku keluarga dalam pencegahan, pengendalian penyakit, dan faktor risiko dengan meningkatkan serta optimalisasi kegiatan kemasyarakatan yang berfokus kepada kesehatan anak dan keluarga dalam mendorong terciptanya perilaku baik untuk mengendalikan faktor risiko pneumonia di dalam keluarga.
Kedua, meningkatkan cakupan perlindungan melalui pemberian nutrisi makronutrien (makanan berbasis protein) dan mikronutrien yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit pneumonia pada balita usia, seperti; vitamin A, vitamin C, vitamin D, zinc, dan zat besi. Dan, ketiga, memberikan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis dalam upaya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, serta membuka sesi konseling dengan para tenaga kesehatan.
Edukasi tentang pneumonia dalam bentuk penyuluhan langsung disampaikan oleh Dr. Hubbi Nashrullah Muhammad dan Dr. Defri Rizaldy yang pada pokoknya berbicara tentang bahaya penyakit pneumonia pada balita 0-5 tahun, gejala-gejala yang timbul, dan upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam mencegah balita dari penyakit pneumonia.
Setelah penyampaian materi, dilanjutkan dengan diskusi serta tanya jawab seputar kesehatan, khususnya tentang penyakit pneumonia, serta nutrisi apa saja yang dibutuhkan untuk membantu tumbuh kembang balita agar optimal dan membentuk imunitas yang kuat.
Turut memeriahkan acara, para mahasiswa memberikan games baik yang sifatnya individual maupun kelompok untuk membangun kekompakan. Sebagai penutup, masyarakat dapat memanfaatkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis, termasuk pengecekan tekanan darah, gula darah, asam urat, dan kolesterol. Kegiatan ini berkolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Klamono.
Harapan besar dari kegiatan ini adalah terwujudnya masyarakat yang lebih sadar dan mampu mencegah pneumonia, khususnya pada balita. Program ini diharapkan dapat berkelanjutan, memberikan akses layanan kesehatan yang lebih baik bagi daerah 3T, dan mengurangi kesenjangan kesehatan di Indonesia. Kuncinya ada pada kolaborasi aktif semua pihak, perguruan tinggi, tenaga kesehatan, dan masyarakat itu sendiri.*