KAJIAN SANITASI PESISIR LAUT MOI-MOI, BALONGAN, INDRAMAYU
Muhammad Yudhistira Azis, Andi Budi Bakti, Ivonne Milicristi Radjawane, Ph.D., Prof.Ir. Muhammad Ali Zulfikar, Ph.D
Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang terletak di pantai utara Provinsi Jawa Barat dengan garis pantai sepanjang 114 km. Oleh karena letak geografisnya, permasalahan sampah laut menjadi tidak terhindarkan di beberapa pesisir laut Indramayu. Rahman (2022) dalam Tribun News Jawa Barat menyatakan bahwa penumpukan sampah plastik terjadi di pantai Dadap, Juntinyuat, Indramayu. Tumpukan sampah hingga mencapai 20 kontainer selama pengangkutan dilakukan. Selain itu, Azis, M. Y (2024) dalam Media Indonesia mengungkapkan bahwa di pantai Karangsong, Indramayu, terdapat 48,075 kg sampah di area seluas 200 m2. Oleh sebab itu, analisis sanitasi penting dilakukan di beberapa pantai Indramayu, untuk memahami kondisi aktual dan menjaga keberlanjutan ekosistem pesisirnya.
Pesisir Laut Moi-moi berlokasi di Balongan, Indramayu (6°21'22,72" LS; 108°23'5,41" BT), diapit oleh dua wisata bahari yaitu Pantai Bali Indah di sebelah Timur dan Pantai Tirta Ayu di sebelah Barat. Di sepanjang pesisir ini terdapat pemukiman warga Desa Balongan dan kawasan PT. Pertamina RU VI. Gambar 1 menunjukkan lokasi Pesisir Laut Moi-moi. Kajian sanitasi yang dilakukan di pantai ini didasarkan pada pertimbangan karena dekat dengan aktivitas pemukiman, pariwisata dan kilang minyak. Sanitasi dilakukan untuk menentukan jumlah dan jenis sampah yang terdapat di lingkungan Pesisir Laut Moi-moi. Sehingga dapat memberikan gambaran dampak aktivitas antropogenik terhadap kelestarian ekosistem pantai.
Kajian sanitasi dilakukan pada 12 Mei 2025, menggunakan metode transek 10 meter sepanjang garis pasang tertinggi, dengan area pembersihan seluas 3 x 10 m2. Sampah yang diambil hanya yang berada di atas permukaan tanah saja. Hasilnya menunjukkan bahwa pada area tersebut, terdapat total sampah seberat 8,295 kg berat basah, yang mana didominasi jenis sampah plastik sekali pakai seperti plastik kresek dan kemasan. Gambar 2 menunjukkan jenis-jenis sampah yang ditemukan di area kajian di Pesisir Laut Moi-moi. Selain plastik, ditemukan juga sampah kain, kaca dan B3 seperti masker, popok dan pembalut. Sampah-sampah plastik n parah dapat terjadi seiring berjalannya waktu.
Penumpukan sampah di Pesisir Laut Moi-moi kemungkinan besar disebabkan oleh faktor alam dan aktivitas manusia. Secara geografis, area ini memiliki lekukan pantai dan pembatas pemecah ombak, sehingga sampah yang terbawa arus laut cenderung tertahan dan mengendap di area tersebut. Selain itu, kedekatannya dengan kawasan wisata, banyaknya pengunjung berpotensi menambah sampah laut, terutama dari wisatawan yang tidak membuang sampah pada tempatnya. Apalagi Pesisir Laut Moi-moi menjadi tempat yang tidak begitu diperhatikan dibandingkan pantai-pantai wisata terdekatnya, yang mana kebersihannya selalu dijaga oleh pengelola pantai. Gambar 3 menunjukkan kondisi tumpukan sampah di Pesisir Laut Moi-moi.
Penumpukan sampah di Pesisir Laut Moi-moi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Masalah yang muncul seperti rusaknya keindahan pantai, turunnya kualitas air laut, serta timbulnya bau tidak sedap (Djongihi, dkk, 2022). Penumpukan sampah di pantai, dapat menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar pesisir. Penyakit kulit, diare, malaria, tenggorokan kering, batuk-batuk hingga infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dapat ditularkan melalui nyamuk, lalat dan tikus yang hinggap ditumpukan sampah tersebut (Ritonga & Usiono, 2023). Tidak hanya sumber penyakit, sampah plastik dapat terfragmentasi atau lapuk menjadi potongan-potongan berukuran kecil (<5 mm), yang dinamakan mikroplastik. Fragmentasi disebabkan oleh kekuatan mekanik, seperti abrasi pasir atau aksi gelombang. Pelapukan fotokimia disebabkan oleh panas dan sinar ultraviolet. Paparan sinar matahari dengan intensitas tinggi dalam waktu lama membuat plastik menjadi lemah, rapuh dan rentan terhadap kerusakan dan membentuk mikroplastik (Pamungkas, dkk, 2022).
Makroplastik maupun mikroplastik yang terbawa arus ombak ke laut berpotensi termakan oleh biota laut yang dapat menimbulkan kontaminasi rantai makanan hingga kematian. Bahkan parahnya mikroplastik dapat menjadi tempat menempel dan berkembangnya bakteri patogen. Pada permukaan mikroplastik terbentuk plastisfer, biofilm buatan yang mendukung bakteri untuk saling bertukar gen. Masalah semakin serius apabila terjadi transfer gen dari bakteri yang memiliki gen khusus dengan kemampuan kebal terhadap antibiotik. Efek toksik dari interaksi sinergisitas kedua polutan ini terhadap organisme menjadi berkali-kali lipat dari semula (Kaur, dkk, 2022). Jika tidak ditangani dengan serius, penumpukan sampah seperti ini dapat berdampak jangka panjang terhadap keseimbangan lingkungan pesisir dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakatnya.
Kesadaran aktif dan langkah konstruktif dari masyarkat dan pemerintah setempat sangat diperlukan untuk menanggulangi permasalahan sampah di Pesisir Laut Moi-moi. Kegiatan rutin mingguan berupa kerja bakti bersih-bersih pantai dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian pantai dan mencegah terjadinya penumpukan. Masyarakat setempat dan wisatawan juga diwajibkan tidak membuang sampah ke laut. Pemerintah setempat dapat memberikan kebijakan atau aturan mengenai larangan buang sampah sembarangan, pengelolaan sampah domestik dan himbauan penggunaan plastik yang ramah lingkungan. Bioplastik berbasis pati dari umbi-umbian kini menjadi alternatif pengganti plastik berbasis petroleum. Material ini sangat ramah lingkungan karena dapat terurai oleh mikroba, panas, cahaya dan kelembapan tertentu.